Diskusi Minggu Ini


MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR
Sukiman

1. Konseling Sebagai Bentuk Aktivitas Membantu
Kehidupan masyarakat yang kian kompleks seiring dengan perkembangan tuntutan dan harapan yang harus dipenuhi serta kurangnya pengetahuan dan rendahnya keterampilan dalam menghadapi masalah maka untuk memenuhi perkembangan di maksud menjadikan beban hidup semakin berat. Tak hanya orang dewasa dan orang tua saja yang banyak bermasalah, tetapi juga anak-anak banyak terlibat dalam masalah.
Manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, ia memiliki akal dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidupnya, termasuk dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Maka dalam kehidupan bermasyarakat banyak dijumpai adanya beragam profesi membantu untuk menyelesaikan masalah, termasuk satu di antaranya adalah profesi konseling.
Konseling sebagai salah satu bentuk dari aktivitas membantu untuk menyelesaikan masalah melalui wawancara, yang dilaksanakan dengan menggunakan model pendekatan (tata cara tertentu)  yang sudah dibakukan. Sehingga model pendekatan tertentu yang dipergunakan dalam konseling merupakan suatu penciri dari aktivitas yang disebut konseling, dan sekaligus merupakan pembeda dari bentuk-bentuk bantuan yang diberikan oleh bermacam profesi yang menggunakan wawancara sebagai cara membantu orang lain yang bermasalah.
Ada sejumlah model pendekatan yang dibakukan dalam konseling yang dapat dipilih, dan/atau dikembangkan oleh konselor dalam membantu mengatasi persoalan konselinya. Dikatakan “model pendekatan”, hal itu memiliki arti bahwa untuk membantu penyelesaian masalah konseli, konselor mencoba mendekati (menyentuh) aspek tertentu dalam diri konseli, agar aspek yang disentuh tersebut dapat berkembang dan diberdayakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dalam konseling dikenal ada kelompok model konseling yang dapat dikelompokkan ke dalam pendekatan kognitif, afektif dan pendekatan tingkah laku. Kelompok pendekatan dalam konseling di maksud adalah:
  1. Kelompok konseling dengan pendekatan kognitif, meliputi:
1)      Model konseling Analisis Transaksional (AT)
2)      Model konseling Rational Emotitif Terapi (RET)
3)      Model konseling Trait and Factor (TF)
  1. Kelompok konseling dengan pendekatan afektif, meliputi:
1)      Model konseling Psikoanalisis (PA)
2)      Model konseling Eksistensial Humanistik (EH)
3)      Model konseling Gestalt (G)
4)      Model konseling Client Centered Approach (CCA)
5)      Psikologi Individual (PI)
  1. Kelompok konseling dengan pendekatan tingkah laku, meliputi:
1)      Reality therapy (R)
2)      Behavioristik (Bh)

Berdasarkan ragam model pendekatan konseling tersebut, idealnya semua model konseling dikuasai oleh seorang konselor sehingga dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli sesuai dengan masalahnya masing-masing. Namun disadari tidak semua konselor memiliki kemampuan dan minat untuk menguasai semua model, oleh karena itu seorang konselor dapat memilih suatu model pendekatan konseling tertentu yang diminati sehingga dapat merupakan penciri dari dirinya (spesialis) sebagai konselor dengan pendekatan tertentu. Dengan pendekatan tertentu yang dikuasai dan dikembangkan sesuai dengan berbagai latar budaya konseli, dapat dipergunakan sebagai “sapu jagad” (alat), bagi seorang konselor untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi semua konselinya.

2. Konseling

a.       Pengertian Umum Konseling
Konseling merupakan serangkaian kegiatan yang terintegrasi, merupakan kesatuan dari unsur-unsur pengetahuan, keterampilan dan seni. Pengetahuan dan keterampilan konseling lebih banyak diperoleh melalui proses belajar-mengajar dan pengalaman, sedangkan seni konseling lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bakat, kekhususan individu yang mewarnai pribadi konselor. Seni konseling juga dapat dipelajari, namun secara terkontrol belum banyak dilakukan.
Counseling is an interactive process characterized by an unique relationship between counselor and client leading to change in the client in one or more of the following areas: 1) Behavior 2) Personal constructs 3) Ability to cope with life situations so as to maximize adverse environmental conditions 4) Decision-making knowledge and skills. Change: 1) Feeling 2) Values 3) Attitude 4) Thought 5) Action).
Berdasarkan pengertian konseling, diperoleh suatu pemahaman bahwa konseling merupakan proses interaksi konselor – konseli yang memiliki ciri yang khas, yang mengarah pada terjadinya perubahan dalam diri konseli, terkait dengan tingkah laku, dan/atau konstruk personal, dan/atau kemampuan mengatasi situasi yang tidak didukung oleh lingkungan, dan/atau keterampilan dan kemampuan dalam membuat keputusan. Perubahan yang terjadi dalam diri konseli seiring dengan terjadinya perubahan pada perasaan, nilai-nilai, sikap, pikiran dan tindakan konseli sebagai wujud dan hasil dari konseling yang dijalaninya.
b.  Kegiatan Pra-Konseling (Pra-Bantuan)
Pelayanan konseling tidak serta merta dapat dilaksanakan manakala konselor bertemu dengan konseli. Pelaksanaan konseling baru dapat dimulai jika konseli sudah ada pada kondisi terbuka, dan secara suka rela mau dibantu. Jika kondisi keterbukaan, dan kesukarelaan belum dapat diwujudkan pada diri konseli, maka terbuka peluang konseling yang dilaksanakan akan mengalami kegagalan. Sebab konseli yang masih tertutup, dirinya belum dan bahkan tidak rela kalau permasalahan (baca: rahasia) diketahui orang lain. Jika konseli dalam kondisi tertutup namun dipaksa untuk mengutarakan, maka dalam keadaan terpaksa ia akan menyampaikan suatu informasi yang dirasa dapat menyenangkan pihak konselor. Maka tidak heran jika didapati adanya konseli yang banyak bicara (talk a lot), maupun sebaliknya konseli yang menunjukkan sikap enggan (reluctance) dan bahkan menolak (resistance) dalam proses konseling, semuanya itu dilakukan sebagai upaya konseli menyamarkan permasalahan dan bahkan menghindarkan masalahnya dari sentuhan konselor.
Konseli dalam kondisi terpaksa akan memberikan informasi sekenanya, yang penting dapat segera pergi dari hadapan konselor. Informasi-informasi yang tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya, dan selanjutnya dianggap sebagai data terkait dengan masalah yang dihadapi konseli akan berakibat pada penentuan diagnosis masalah yang tidak tepat dan akibat selanjutnya adalah pada pemberian treatment yang salah dan pada ujungnya konseling tidak menghasilkan buah. Oleh karena itu untuk menghindarkan diri dari kesalahan yang fatal, sebelum konseling dilaksanakan perlu dilakukan wawancara pendahuluan (intake-interview) sebagai bentuk aktivitas pra-bantuan (pra-konseling) yang diarahkan pada terciptanya hubungan baik, terciptanya kondisi saling mempercayai antara konselor – konseli, dan pada akhirnya pada diri konseli terwujud keterbukaan dan kesukarelaan untuk mau terlibat dalam pelayanan kegiatan konseling.
Kegiatan pra-bantuan (pra-konseling) dapat dilaksanakan manakala pada diri konselor mampu menerapkan keterampilan-keterampilan dasar konseling, yang meliputi:
(1) Attending, keterampilan ini sangat berguna dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Perilaku attending yang jitu akan memberikan kesan pada konseli bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi. Konselor menaruh perhatian secara penuh kepada konseli, sehingga konseli sanggup mengembangkan harga diri serta melakukan ekspresi secara bebas. Keterampilan attending ii meliputi:
o       Penempatan posisi dan jarak duduk, mencakup posisi tempat duduk dalam kondisi seperti tidak dalam pengadilan, jarah tempat duduk tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
o       Posisi badan, isyarat gerak tubuh dan ekspresi wajah, yang m eliputi posisi badan masih dalam wilayah pandang, cara duduk konselor wajar dan menggunakan gerak tangan seperlunya untuk menyertai komunikasi verval, responsive dlam mneggunakan wajahn(sebagai tanda pemahaman atau penolakan), serta penggunaan gerak badan yang merupakan pertanda kebersamaan dengan konseli.
o       Kontak mata, diupayakan berlangsung dan ditujukan kepada konseli terutama saat berbicara. Kontak mata yang merupakan pandangan spontan ini memberikan kesan kepada konseli bahwa konselor mempunyai minat yang penuh serta responsive terhadap konseli.
o       Mendengarkan, yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan terhadap pembicaraan konseli adalah: mendengarkan dan memahami seluruh pesan-pesan konseli, memelihara perhatian yang terpusat pada konseli, serta mengarhkan diri terhadap apa yang telah dinyatakan konseli.
(2) Keterampilan mengundang pembicaraan terbuka – keterampilan ini amat berperan pada permulaan wawancara, yaitu mempersilakan secara leluasa untuk berbicara, menggerakkan konseli atau menimbulkan keinginan konseli berbicara dan mengutarakan masalahnya. Di samping itu keterampilan ini akan memberikan dorongan pada konseli mengutarakan konsep-konsep pikiran dan perasaannya. Karena itu, keterampilan ini akan selalu diperlukan oleh konselor, khususnya dalam hal:
             Memulai wawancara
             Terjadinya penolakan konseli
             Pengungkapan masalah
             Mendapatkan kejelasan tentang spesifikasi masalah konseli
             Mendapatkan ilustrasi atau contoh-contoh perilaku khusus yang belum dipahami konselor.
Perlu dicatat di sini bahwa dalam mengajukan pertanyaan selain memperhatikan kepentingannya, juga penggunaan bahasanya perlu disesuaikan dengan taraf perkembangan intelektual dan perasaan konseli. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan pertanyaan “mengapa”.
                Pertanyaan tertutup akan dijawab secara singkat dengan kata “Ya”, atau “Tidak”, sehingga konselor tidak banyak mendapatkan informasi. Pertanyaan “mengapa” selain sulit untuk dijawab, sebenarnya justru inilah yang perlu diketemukan konselor dengan berbagai teknik wawwancara. Konseli akan merasa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pembicaraan terbuka bila dimulai dengan: “bagaimana, apa, dapatkah .... Untuk lebih menimbulkan dorongan konseli perlu disertai atending yang jitu, baik secara non verbal (kontak mata, gerak tangan, anggukan) maupun secara verbal (ungkapan dan ucapan singkat).
(3) Personalizing,
(4) Initiating,
3.  Pendekatan Trait and Factor
Ditilik dari arti kata nama pendekatan, yakni Trait and Factor, diketahui bahwa Trait and Factor memiliki arti “sifat” dan “faktor”. Dikaitkan dengan pendekatan konseling, Trait dan Faktor merupakan dua konsep utama.
Trait merupakan kategori yang digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan individu dalam hal tingkah laku. Untuk melihat trait digunakan analisis faktor dari hasil tes. Skor-skor tes individu diharapkan menjadi sumber pemahaman mengenai trait.
Sebagai pendekatan konseling pada aspek kognitif, analisis faktor dikembangkan sebagai alat menentukan bagaimana traits mencukupi untuk mengenali keserupaan dan perbedaan individu.

b.      Tujuan
Konselor mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk  ke luar dari masalahnya. Untuk itu secara umum konseling trait and factor dimaksudkan untuk membantu klien agar mengalami:
(1)Klarifikasi diri (Self-clarification)
(2)Pemahaman diri (Self-understanding)
(3)Penerimaan diri (Self-acceptance)
(4)Pengarahan diri (Self-direction)
(5)Aktualisasi diri (Self-actualization)

c.       Permasalahan
Permasalahan konseli yang kompleks, setelah diklasifikasi/digolong-golongkan, dicari hubungan-hubungannya dapat ditarik ke dalam salah satu kategori-kategori berikut ini.
1)      Ketergantungan (Dependence)
2)      Kurang informasi (Lack of information)
3)      Konflik diri (Self-conflict)
4)      “Merasa” tidak bermasalah (No Problem)
5)      Kecemasan dalam memilih (Choice-anxiety)
6)      Kekurangpastian / ragu-ragu (Lack of assurance)
7)      Kurang keterampilan (Lack of skill)

d.      Pengembangan Pemecahan Masalah/Konseling
Upaya membantu mengatasi masalah konseli, sesuai dengan masalah dan kondisi konseli seorang konselor dapat memilih salah satu dari cara-cara penyelesaian masalah berikut ini.
1)      “Memaksa” u/ kompromi (Forcing conformity)
2)      Mengubah sikap (Changing attitude)
3)      Belajar keterampilan yang dibutuhkan (Learning the needed skills)
4)      Mengubah lingkungan (Changing environment)
5)      Memilih lingkungan yang tepat (Selecting the appropriate environment)

e.       Teknik  Konseling/Pemecahan Masalah
Pelaksanaan cara pemecahan masalah yang dipilih dilakukan konselor dengan melalui:
1)      Pengokohan hubungan baik (Establishing Rapport)
2)      Memperbaiki pemahaman diri (Cultivating Self-Understanding)
3)      Menasihati atau merencanakan program tindakan (Advising or Planning a Program of Action)
(a)          Nasihat langsung (direct advising)
Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh kepada pilihan kegiatannya, yang oleh konselor diyakini bahwa keteguhan konseli akan membawa kegagalan.
a.             Metode Persuasif
Menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Konselor menata evidensi secara logis dan beralasan sehingga konseli melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukan.
b.            Metode Penjelasan
Konselor secara hati-hati dan perlahan-perlahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli. Metode ini merupakan pemikiran yang hati-hati dan mendetail tentang implikasi data individu.
c.             Melaksanakan Rencana
Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.
4)                  Melaksanakan rencana penyelesaian masalah (Carrying-out the Plan)
5)                  Alih tangan (Referral)

f.       Peran Konselor
Peran konselor menunjuk pada apa yang harus dilakukan dan bagaimana hal tersebut dijalankan oleh konselor dalam membantu konseli selama proses konseling berlangsung. Berikut peran di maksud:
a.       Menempatkan diri sebagai guru
b.      Menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien
c.       Bersedia mengarahkan klien ke arah  yang lebih baik
d.      Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai
e.       Yakin terhadap asumsi konseling yang efektif
Peran tersebut dijalankan dengan cara: 1) mengajar individu belajar, 2)  mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya, 3) mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai tujuan pribadinya.

g.      Hubungan Konseling
1.            Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berfikir rasional walaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional.
2.            Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, akrab, dan empatik.
3.            Konseling yang berlangsung dapat bersifat remidiatif maupun developmental.
h.   Proses Konseling
Ada enam tahap yang harus dilalui dalam konseling Trait and Factor:
1.      Analisis
2.      Sintesis
3.      Diagnosis
1)      Identifikasi Masalah
2)      Etiologi
3)      Prognosis
4.      Konseling (treatment)
a.       Pengembangan pemecahan masalah
b.      Pegujian alternatif pemecahan masalah
c.       Pengambilan keputusan
5.      Follow Up
i.    Kekhususan Model Konseling Trait and Factor
Ada 4 (empat) hal yang telah dipolakan dan sekaligus merupakan ciri khas pendekatan ini, yaitu:




j.    Tahapan Proses/Kerangka Urutan Konseling Trait and factor
  1. ANALISIS à Mengumpulkan informasi tentang konseli dan latar kehidupannya u/ tujuan memperoleh pemahaman tentang dirinya agar dapat memperoleh penyesuaian diri pada saat sekarang dan yg akan datang.
Data yang telah terekam pada catatan kumulatif. Teknik yang dipakai misalnya, angket, observasi, dsb.
Data self-report selama atau melalui wawancara.
Data hasil observasi dari orang lain (report by others), seperti wawancara.
Data hasil tes psikologi, dari tes psikologi seperti Tes Inteligensi, Bakat, Minat dan Kepribadian.
  1. SINTESIS à Usaha merangkum, menggolong-golongkan, serta menghubung-hubungkan data yg telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli, termasuk kelebihan dan kelemahannya, sehingga diperoleh simpulan tentang kekuatan, kelemahan dan gambaran secara umum tentang konseli.
  2. DIAGNOSIS à Menarik simpulan logis mengenai masalah-masalah yang dihadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis dan sintesis.
3.1. Identifikasi Masalah
a.       Dependence
b.      Lack of Information
c.       Self-Conflict
d.      Choice Anxiety
e.       No Problem
f.       Lack of Skills
g.      Lack of Assurance

3.2. Etiologi (Menetapkan sumber masalah)
a. Intern
b. Ekstern
3.3. Prognosis (Suatu pendeskripsian tentang peluang munculnya masalah di masa yang akan datang jika persoalan sebagaimana diidentifikasi tidak diatasi).
  1. KONSELING (TREATMENT) à Upaya menemukan jalan ke luar dari masalah yang dihadapi konseli.
4.1. Pengembangan alternative pemecahan masalah:
a.        Forcing conformity
b.       Changing attitude
c.        Learning the needed skills
d.       Selecting the appropriate environment
e.        Changing the environment
Teknik:
a. Establishing Rapport
b. Cultivating Self-Understanding
c. Advising or Planning a Program of Action
1.      Nasihat langsung (direct advising)
Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh kepada pilihan kegiatannya, yang oleh konselor diyakini bahwa keteguhan konseli akan membawa kegagalan.
2.      Metode Persuasif
Menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Konselor menata evidensi secara logis dan beralasan sehingga konseli melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukan.
3.      Metode Penjelasan
Konselor secara hati-hati dan perlahan-perlahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli. Metode ini merupakan pemikiran yang hati-hati dan mendetail tentang implikasi data individu.
d. Carrying-out the Plan
Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.
e. Referral
4.2. Pengujian alternative pemecahan masalah
4.3. Pengambilan keputusan
      
  1. FOLLOW UP à Merupakan hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif pemecahan masalah yang dipilih, atau tindak lanjut dari alternative yang telah dilaksanakan di lapangan.
a.       Rencana
b.      Pelaksanaan
__________________________

Teman-teman prodi BK FKIP UMK, tolong secara kelompok buatkan skrip skonseling imajiner model TF.
Hasil kerja teman-teman dikirim minggu ini ke:

 


1 komentar:

Unknown

What is the casino? - SEPT
The best casino www.jtmhub.com online is the One of aprcasino the main reasons why people are spending money on a game https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ is by septcasino having a few https://jancasino.com/review/merit-casino/ options. One of the reasons

Posting Komentar

Return top